gdg

Selasa, 13 Maret 2012

kewajiban sholat berjamaah di masjid bagi laki laki



Wajibnya Shalat Berjamaah

Dari Abu Hurairah radhiallohu'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)

Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata:

“Seorang buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah, maka beliaupun memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” laki-laki itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).” (HR. Muslim no. 653)

Dari Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu anhu- dia berkata:

“Siapa yang berkehendak menjumpai Allah besok (hari kiamat) sebagai seorang muslim, hendaklah dia menjaga shalat wajib yang lima ini, dimanapun dia mendengar panggilan shalat itu. Karena sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya semua shalat di antara sunnah-sunnah petunjuk itu. Kalau seandainya kalian shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana shalatnya orang yang tidak hadir (shalat jamaah) karena dia berada di rumahnya, berarti kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan sekiranya kalian meninggalkan sunnah-sunnah nabi kalian, niscaya kalian akan tersesat. Tidaklah seseorang bersuci dengan baik, kemudian dia menuju salah satu masjid yang ada, melainkan Allah akan menulis kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya, dan dengannya Allah mengangkat derajatnya, dan menghapus kesalahan karenanya. Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir shalat jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas kemunafikannya. Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.” (HR. Muslim no. 654)

Penjelasan ringkas:
Shalat berjamaah termasuk dari syiar-syiar Islam yang paling nampak, yang Allah Ta’ala telah wajibkan kepada segenap lelaki balig dari kalangan kaum muslimin, karena padanya terkandung manfaat yang sangat besar. Dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya mengerjakan shalat secara berjamaah sangatlah banyak, karenanya yang wajib atas seorang muslim adalah menaruh perhatian besar mengenai urusan shalat berjamaah dan hendaknya dia bersegera dalam menunaikannya, sebagai realisasi dari perintah Allah dan Rasul-Nya dan agar dia terhindar dari penyerupaan kepada orang-orang munafik.
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya shalat berjamaah adalah:

1) Perintah Allah Ta’ala dalam surah Al-Baqarah, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)
Imam Al-Kasani berkata dalam Al-Badai’ Ash-Shana’i (1/155), “Allah Ta’ala memerintahkan ruku’ bersama-sama orang-orang yang ruku’, dan yang demikian itu dengan cara bergabung dalam ruku’. Maka ini merupakan perintah menegakkan shalat berjama’ah.”

2) Adapun perintah Nabi -alaihishshalatu wassalam-, maka disebutkan dalam hadits Malik bin Al-Huwairits dimana beliau bersabda, “Apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian adzan dan hendaklah orang yang paling tua di antara kalian mengimami kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 628 dan Muslim no. 674)
Maka di sini beliau memerintahkan mereka untuk berjamaah dimana salah seorang di antara mereka menjadi imam.

3) Juga perintah beliau kepada orang buta yang terdapat dalam hadits Abu Hurairah di atas. Dimana dia kesulitan untuk tidak hadir berjamaah, akan tetapi berhubung dia mendengar azan maka Nabi -alaihishshalatu wassalam- tetap memerintahkannya. Maka bagaimana lagi yang bisa dengan mudah mendatangi shalat berjamaah???


4) Dan cukuplah yang menunjukkan wajibnya shalat berjamaah adalah tatkala Allah Ta’ala menurunkan satu syariat khusus yaitu shalat berjamaah dalam keadaan khauf (takut/perang). Allah Ta’ala berfirman, “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata”. (QS. An-Nisa`:102)

Al-Imam Ibnul Mundzir -rahimahullah- berkata dalam Al-Ausath (4/135), “Tatkala Allah memerintahkan shalat berjamaah dalam keadaan takut, maka ini menunjukkan shalat berjamaah dalam keadaan aman lebih wajib lagi.”
Sekali lagi hukum wajib ini berlaku bagi setiap lelaki yang sudah balig.

Adapun bagi kaum wanita, maka disunnahkan baginya untuk shalat di rumahnya berdasarkan beberapa hadits yang ada. Hanya saja dibolehkan -bukan disunnahkan- baginya untuk keluar shalat di masjid dengan beberapa persyaratan yang tersebut dalam hadits-hadits yang shahih. Insya Allah hukum shalat di masjid bagi wanita akan kami jelaskan pada tempatnya, wallahul musta’an.

kewajiban sholat berjamaah bagi laki laki juga harus disertai dengan rapat dan lurus nya shof




"Lurus dan rapatkan shof- shof kalian, karena lurus dan rapatnya shof termasuk dari kesempurnaan sholat"
(HR. Muslim)



"sungguh hendaklah kalian meluruskan dan merapatkan shof. atau (jika tidak), sungguh Allah akan menjadikan perselisihan di dalam hati-hati kalian."
(HR. Muslim dan Abu Dawud dengan lafazh riwayat Abu Dawud)

wal 'ilmu 'indalloh
wallohu ta'ala a'lam bish showab

Senin, 12 Maret 2012

sepeda tua ayahku

sepeda tua ayahku...

sepeda itu telah tampak tua layaknya pemiliknya yang kala itu juga telah lanjut usia
ketika aku kecil, ayahku pernah mengajakku pergi berkeliling bersama sepeda tuanya..
aku yang kala itu masih kecil pun hanya diam dan menurut..
saking penurutnya, sampai sampai aku tak kuasa melihat ayahku mengikat kaki kecilku  dengan sehelai sapu tangan miliknya..
kakiku dijulurkan kedepan 45 derajat lalu diikatkan diatas lengkungan kerangka besi sepeda, tepat dibawah tempat duduk depan sepeda tua itu..
terkadang aku merasa kesakitan karena kencangnya ikatan itu..
tapi lama kelamaan aku tahu mengapa ayahku berbuat demikian..
ayahku sedang berusaha melindungiku, 
ia berusaha melindungi kaki kecilku agar tidak masuk kedalam jeruji sepeda..
sederhana memang.. tapi itu begitu bernilai..
karena mungkin itu semua hanya dialami oleh segolongan anak-anak ketika aku masih kecil
adapun sekarang.. .tak pernah terlihat lagi anak-anak bersepeda bersama bapaknya
tak terlihat lagi anak-anak bersepeda dengan diikat kakinya supaya tidak masuk jeruji..

sepeda tua ayahku...
entah dimana sepeda itu saat ini
ia sudah tak ada lagi sekarang, layaknya pemiliknya yang juga sudah tiada..
sepeda tua ayahku adalah sesuatu yang bernilai bagi ayahku ..
dan ayahku adalah seseorang yang begitu berharga yang kumiliki selain ibuku.

sepeda tua ayahku dan ayahku telah tiada
meninggalkan kenangan-kenangan

ayahku..
semoga Allah mengampuni dosa dosanya
semoga Allah memberikan penjagaan kepadanya
di suatu tempat yang belum pernah kita mengunjunginya
di alam kuburnya..
di alam yang kita semua akan kembali kesana

mari kita doakan ampunan untuk ibu dan ayah kita, sebagaimana selayaknya seorang anak sholeh mendoakan kebaikan ibu bapaknya

 Ya Tuhanku, Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." 

(Surat Nuh:28)

nasalullahas salaamah wal 'afiyah
wallohul musta'an

Rachmat Irfai


Selasa, 06 Maret 2012

disini dan disana



disini dan disana...
tak terasa sudah lama kita berada disini..
di suatu tempat yang telah lama menjadi tempat kita berpijak..
sebenarnya tak ada yang melarang kita untuk beranjak
namun, ketika kita hendak beranjak..
ketika kita hendak pergi dan menjauh untuk menuju ke suatu tempat disana ...
ketika kita ingin lari dari keburukan kita dan berubah menjadi pribadi seseorang yang baik yang begini dan begitu disana ..
sejenak mari kita menoleh kebelakang..